Efin Fintiana

Emak-emak pengen eksis


8 Comments

Wanita Muda Berjilbab Marun

Kemarin, Senin, 28 Oktober, aku menjemput Fay di sekolahnya. Ketika berangkat dari rumah jam 13-an, hari sudah mendung. Seperti biasa aku mengendarai si Beaty sampai Citayam dan memarkirnya di penitipan sepeda motor di belakang Stasiun Citayam. Kemudian aku menyeberang rel untuk mencegat angkot.

Pulangnya, ketika masih berada di angkot 06 arah Margonda dari Simpangan Depok, turun hujan dengan derasnya. Bahkan ketika turun di perempatan Margonda untuk berpindah ke angkot 05 arah Citayam, payung tak mampu lagi menaungi kami berdua, dari derasnya guyuran hujan.

Ketika angkot 05 di tengah perjalanan menuju Citayam, hujan angin dan petir membuat kami para penumpang; aku, Fay, seorang ibu tua, dan dua balita, berzikir. Bahkan pak supir kelihatannya keder. Dia menanyakan tujuan akhir kami. Kelihatannya dia takut untuk melajutkan perjalanan, karena kondisi cuaca semakin ekstrim. Air di jalan pun semakin meninggi; banjir lokal. Tapi syukurlah, dia tetap menjalankan kewajibannya mengantarkan kami hingga tiba di Stasiun Citayam.

Sampai di depan stasiun, tidak ada tanda-tanda cuaca bersahabat. Aku, yang bukan pengendara motor yang mahir dan harus membonceng Fay, memutuskan untuk pulang naik angkot saja hingga gerbang perumahan, dan membiarkan si Beaty menginap di penitipan motor.

Tadi pagi (29/10), aku pun naik angkot ke Citayam untuk menjemput si Beaty. Dari Sasakpanjang aku naik angkot 111 dan turun di Hek (perempatan Jalan Pertanian dan Jalan Raya Cipayung). Dari sana aku berjalan kaki sekitar 500 meter ke belakang stasiun. Bisa dibilang jauh, tapi juga bisa dibilang cukup dekat. Nggak cukup bikin berkeringat juga sih.

Baru beberapa meter aku berjalan, seorang perempuan pengendara motor berhenti di sebelahku dan menawarkan tumpangan ke arah stasiun. Tanpa pikir panjang, aku menyambut tawarannya dengan gembira. Lumayan daripada berjalan kaki. Hehehe.

Dalam jarak sependek itu, aku hanya tahu kalau dia mau menjemput suaminya di stasiun. Dan aku pun mengucapkan terima kasih kepada perempuan muda berjilbab merah marun itu. πŸ˜€ Semoga kebaikannya dicatat malaikat. (y)


4 Comments

Cara Bikin Bakso

Bahan-bahan

500 gr daging sapi cincang (pilih yang nggak berlemak)
1 sdm garam
50 ml air es
1 1/2 sdm tepung sagu (karena disini enggak ada, saya ganti pake maizena. Resikonya: kekenyalan menjadi agak berbeda. Tapi masih okay lah)
100 ml air
1 sdt merica bubuk
1 siung bawang putih, haluskan
1/2 sdt baking powder

Cara memasak

1. Campur daging sapi, garam dan air es sampai rata (saya pake Food Processor). *tapi kalo enggak punya FP, pake blender biasa juga bisa, kok*
2. Keluarin dari FP, taruh di wadah, tambahin tepung sagu (atau dalam kasus saya: maizena), aduk sambil ditambahin air sedikit demi sedikit, merica, bawang putih halus dan baking powder. Banting-banting adonan sampai kalis (tapi saya biasanya enggak. ehk, kadang kumat malesnya ya, bow!).
3. Rebus bakso di air mendidih sampai bakso terapung (tandanya udah mateng), angkat, tiriskan. Bakso siap dipakai.
Tips: biar bakso nggak menghitam setelah diangkat dari air, langsung cemplungin ke wadah yang berisi air es. Biarkan beberapa saat, baru kemudian tiriskan dan disimpan/dipakai.

Note. Bakso yang udah mateng bisa disimpen di freezer (bukan fridge) selama kurang lebih 4 bulan. Thawing dulu sekitar 6 jam sebelum dipakai.

Bikin Kuah Bakso

Bahan-bahan

1 buah tulang kaki sapi
5 siung bawang putih, cincang halus
5 liter air
1 sdt merica
minyak, buat menumis bawang putih

Cara memasak

1 Panasin minyak, tumis bawang putih sampai harum. Masukkin tulang kaki sapi dan merica bubuk. Gabrukkin ke panci berisi air 5 liter.
2 Rebus pake api kecil sampai air tersisa sekitar 3 liter (iya, lama aja gitu)

Note. aroma harum dan rasa gurih akan keluar dari tulang. Itulah sebabnya proses perebusan harus lama.

Catatan: resep dikutip secara semena-mena dari FB-nya Vina. πŸ˜€


6 Comments

“Kayak Tikus Kecebur Got”

motor_hujan2an

Kamis, 28 Maret 2013 aku menjemput Fay dari sekolah. Seperti biasa, aku cuma bawa motor sampai Stasiun Citayam, lalu menitipkannya ke penitipan motor di belakang stasiun.

Pulangnya, setibanya di penitipan motor kembali, cuaca nampak cerah sekali. Jadi, tenang saja aku membonceng Fay sepanjang 7 kilometer jalan antara Citayam dan Sasakpanjang.

Tapi, di tengah perjalanan, kira-kira 2 km menjelang rumah, secara mendadak turun hujan lebat sekali. Deras, sederas-derasnya. Aku langsung menepi dan mencari tempat berteduh terdekat, sebuah tempat pencucian motor yang tutup. Jadi kami hanya bisa berteduh di bawah atap teras selebar setengah meter.

Jadi, boleh dibilang percuma kami berteduh juga, sebab dalam sekejap kami sudah basah kuyup. Meski begitu, aku berusaha membuka bungkusan jas hujan yang diikatkan di dek motor matikku. Lalu menyodorkannya pada Fay. Aku masukkan tas sekolah Fay ke dalam kantong plastik besar, yang memang disiapkan suamiku untuk keadaan darurat seperti ini.

Fay dan aku berhasil memakai jas hujan masing-masing. Tapi badan dan pakaian kami sebenarnya sudah basah kuyup, sampai ke dalam-dalam. Hehehe… Untungnya, kami berdua mengenakan helm, jadi kepala kami tetap kering.

Setelah hujan agak mereda, kami meneruskan perjalanan. Selama perjalanan, hujan makin mereda. Begitu 1 km menjelang perumahan kami, keadaan benar-benar kering, sodara-sodara!

Huwaaa… Untung ketika sampai depan rumah, tak ada tetangga kiri-kanan yang melihat kami. Jadi nggak ada yang nanya: “Ibu kenapa kok kayak tikus kecebur got gitu?” πŸ˜›

Foto:Β touringbikers.com


4 Comments

Dibawa KRL Keliling Jakarta

Jumat, 7 Desember 2012, seharusnya Fay mengikuti kegiatan sekolah; berenang di kolam renang Pesona Khayangan. Tapi pagi-pagi menjelang keberangkatan, shadow teachernya Fay meng-SMS. Katanya, dia tak bisa mendampingi Fay karena harus mendampingi saudaranya yang melahirkan. Kami pun mendadak mengubah rencana. Aku, yang sedang banyak pekerjaan di rumah, harus menggantikan shadow teachernya Fay mendampingi Fay di kolam renang. Tadinya, aku hanya akan menjemput Fay seusai berenang, dan setelah itu kami berdua langsung berangkat ke rumah Apih di Penggilingan.

Ketika kami sampai di halaman depan kolam renang, tak terlihat seorang pun yang kami kenal. Mungkin mereka sudah berada di kolam. πŸ˜€ Aku menelepon ibunya teman Fay yang juga anak berkebutuhan khusus. Biasanya dia selalu didampingi ibunya. Tapi ternyata temannya Fay hari itu tidak ikut berenang. Hayyah, yang ikut renang berarti cuma anak-anak lain aja. Males ah harus mendampingi Fay sendirian di kolam renang. Aku langsung memutuskan untuk langsung berangkat aja ke Penggilingan naik KRL. Untung Fay tidak protes maupun maksa untuk renang, karena mungkin dalam pikirannya memang acaranya tidak jadi. πŸ˜› Hihihi

Kemudian kami naik angkot ke Terminal Depok, lalu jalan kaki menuju stasiun KA Depok Baru. Ketika membeli tiket, ternyata aku tahu bahwa kereta berikutnya adalah Commuter Line menuju Jatinegara.

KRL_commuter

Biasanya aku selalu turun di Stasiun Tebet, kemudian naik angkot ke terminal Kp Melayu, lalu disambung Bus TransJakarta koridor 11, menuju Pulogebang. Padahal sebenarnya sejak jalur ke Jatinegara dibuka, aku ingin mencobanya. Tapi aku selalu dalam keadaan tergesa-gesa ingin segera sampai ke rumah karena Fay dan ayahnya yang naik motor, kadang datang lebih dulu.

Karena kali ini aku berdua dengan Fay, dan hari masih pagi, tak ada yang menunggu pula, maka aku meniatkan untuk naik kereta itu sampai tujuan akhir di Jatinegara.

Ternyataa sodara-sodaraaa… keputusanku selama ini turun di Tebet adalah benar. Pasalnya, kereta ke Jatinegara itu jalurnya jauh sekali, serasa berkeliling Jakarta booo! Bayangkan saja, setelah stasiun Tebet, kami melewati sederatan Stasiun: Manggarai, Sudirman, Karet, Tanah Abang, Duri, Angke, Kampung Bandan (dekat Ancol), Rajawali, Kemayoran, Pasar Senen, Sentiong, Kramat, Pondok Jati, dan baru deh sampai di Jatinegara. BTW, aku baru menginjakkan lagi kakiku di Stasiun Jatinegara, setelah –rasanya– berabad-abad lalu. Padahal dulu, setiap dua minggu sekali, waktu masih kuliah di Bandung, aku pulang ke Jakarta naik kereta Parahyangan Jumat sore, dan kembali ke Bandung Senin subuh dari Jatinegara, dan langsung kuliah di kampus. πŸ˜›

Kembali lagi ke cerita di atas. Sampai di Stasiun Manggarai, kirain penumpang akan banyak yang turun. Ternyata malah tambah banyak. Baru di Stasiun Sudirman penumpang agak berkurang sedikit. Nah, di Stasiun Karet, baru deh banyak yang turun sehingga kami mendapat tempat duduk. Setelah itu berangsur-angsur penumpang berkurang. Bahkan ketika sampai di Stasiun Sentiong, cuma ada aku, Fay, dan seorang lagi di gerbong wanita itu. Hehehehe.

Entah kenapa, jalur Lingkar Jakarta itu dibuka ya? Padalah penumpangnya kurang gitu. Gak rugi gitu PT KAI?

Walaaah… ini mah keliling Jakarta benerrr… πŸ˜€ Puas sih, dengan harga tiket cuma Rp 8000 bisa keliling gitu. Turun kari kereta, keluar dari stasiun, kami langsung naik tangga menuju halte bus TransJakarta deh. Kebetulan, rumah Apihnya Fay tak jauh dari halte Bus TJ (Penggilingan). Jadi, kami tinggal berjalan kaki ke sana. πŸ˜€


20 Comments

Sayur itu enak loh

Aku suka nonton acaranya Deddy Corbuzier, “Hitam Putih” di Trans 7. “Hitam Putih” edisi Senin, 15 Oktober 2012, menampilkan bintang tamu Donita, seorang model dan juga pemain sinetron.

Dalam acara itu terungkap kalau Donita sama sekali tak suka makan sayuran. Alasannya, karena bau. Bahkan secara bergurau dia bilang, jika sayuran tergolong makanan yang tidak layak makan.

Aku jadi teringat pada abangku. Di hari Lebaran lalu, baru aku tahu dari kakak iparku kalau abangku ternyata tak suka sayur.

Hah? Masa sih? Padahal seingatku, dulu ibu kami setiap hari selalu bikin sayur untuk sajian keluarga. Tak ada hari tanpa sayur. Makanya, kebiasaan itu menurun padaku. Setiap hari selalu nyayur.

Adikku juga senang sekali makan sayur. Dia makan sayurnya dengan cara dipisah dalam piring tersendiri. Setelah makanan utama, dia gadoin sayurnya semangkuk penuh. πŸ˜€

Alhamdulillah, Fay juga suka makan sayur. Bahkan menurut laporan guru pendampingnya, ketika anak lain melewatkan sayur, Fay mengambil sayur banyak-banyak di piringnya, saat makan siang di sekolah. Good girl. (y)

Setahuku sih, banyak sekali manfaat makan sayur –jenis makanan yang kaya serat. Sama enaknya dengan buah-buahan. πŸ˜€