Efin Fintiana

Emak-emak pengen eksis


15 Comments

Dia Tak Sadar Anaknya Mati

Sekitar seminggu lalu kucing betina itu tiba-tiba saja menghuni gudang kami. Bukan cuma sendirian, tapi membawa empat bayinya yang masih belum melek! Mereka rupanya masuk ke gudang melalui para (ruang antara plafon dan atap); jalan yang biasanya dilalui tikus.

Aku gak begitu rela sebenarnya ada kucing masuk ke rumahku. Tapi demi peri kebinatangan, aku biarkan saja mereka “ngekost” tanpa ijin, apalagi bayar. 😛 Lagipula biasanya kucing beranak jarang menetap lama di suatu tempat, karena kebiasaan induk kucing adalah memindah-mindahkan anaknya.

Beberapa hari setelah menetap di gudang, suamiku menemukan satu bayi kucing mati. Kemungkinan tertindih badan emaknya ketika menyusui, karena biasanya dia tidak lihat-lihat dulu di mana dia akan merebahkan badannya. Untungnya bangkai anak kucing langsung ketahuan sebelum bau. Jadi bisa segera dikuburkan oleh suamiku di tanah kosong seberang rumah.

Sejak dua hari lalu, aku sudah tak mendengar eongan anak-anak kucing dari arah gudang. Kupikir, induk kucing itu sudah memindahkan anak-anaknya ke tempat lain seperti kebiasaan kucing pada umumnya. Tapi anehnya, si emak masih bolak-balik ke gudang dan mengeong keras-keras seperti memanggil anak-anaknya itu.

Tadi pagi, aku mencium bau yang kurang sedap dari arah gudang, Aku pun memeriksa ke gudang, dan o-ow… ada seekor anak kucing yang mati! Wah… nampaknya sudah mati sejak dua hari lalu. 😦

Tadinya aku mau membiarkan suamiku saja yang nanti menguburkannya, karena aku cuma berdua saja dengan Fay. Kalau aku sibuk beraktivitas, Fay suka bikin ulah yang aneh-aneh. Lagi pula letak anak kucing mati itu agak susah dijangkau, karena berada di kolong tumpukan barang-barang dan terhalang bekas teralis besi.

Lama-lama, kok baunya semakin menyengat saja, daripada bangkai itu menyebarkan aroma tidak sehat, aku mengambil kesempatan ketika Fay asik dengan laptop ayahnya. Aku buru-buru mengambil bangkai anak kucing itu dengan pacul kecil. Untungnya badanya cukup kecil untuk melewati teralis besi. Buru-buru aku keluar lewat garasi motor dan menguburkan anak kucing itu di bawah pohon pepaya di kebun seberang rumah.

Setelah penguburan yang terburu-buru itu, rupanya si induk kucing masih juga belum sadar kalo anaknya mati satu lagi. Dia masih saja mampir ke gudang dan mengeong keras-keras mencari anaknya yang mati.

Kesianan…  kalo kata orang Sasakpanjang. 😦