Efin Fintiana

Emak-emak pengen eksis


4 Comments

Kalo Rhoma jadi Presiden RI…

1. Lembur pegawai akan dilarang karena BEGADANG tiada artinya..;
2. Buat PNS, PP10 tentang larangan poligami akan dicabut.
3. Akan tunjangan istri I, II, III, dan IV,
4. Presiden akan sering BERKELANA bahkan sampai 3 kali.
5. Kredibilitas Indonesia di mata donor meningkat dengan strategi GALI LOBANG TUTUP LOBANG.
6. Penduduk Indonesia tetap 135 JUTA.
7. Kata “prihatin” hilang berganti menjadi THERLALU.
8. BNN berubah menjadi BAM (Badan Anti MIrasantika).
9. Diusulkan menjadi pahlawan SATRIA BERGITAR.
10. TNI berubah menjadi ABRI (Anak Buah Rhoma Irama).
11. Lagu ANI akan menjadi lagu nasional.
(sumber: BBM)


15 Comments

Dia Tak Sadar Anaknya Mati

Sekitar seminggu lalu kucing betina itu tiba-tiba saja menghuni gudang kami. Bukan cuma sendirian, tapi membawa empat bayinya yang masih belum melek! Mereka rupanya masuk ke gudang melalui para (ruang antara plafon dan atap); jalan yang biasanya dilalui tikus.

Aku gak begitu rela sebenarnya ada kucing masuk ke rumahku. Tapi demi peri kebinatangan, aku biarkan saja mereka “ngekost” tanpa ijin, apalagi bayar. 😛 Lagipula biasanya kucing beranak jarang menetap lama di suatu tempat, karena kebiasaan induk kucing adalah memindah-mindahkan anaknya.

Beberapa hari setelah menetap di gudang, suamiku menemukan satu bayi kucing mati. Kemungkinan tertindih badan emaknya ketika menyusui, karena biasanya dia tidak lihat-lihat dulu di mana dia akan merebahkan badannya. Untungnya bangkai anak kucing langsung ketahuan sebelum bau. Jadi bisa segera dikuburkan oleh suamiku di tanah kosong seberang rumah.

Sejak dua hari lalu, aku sudah tak mendengar eongan anak-anak kucing dari arah gudang. Kupikir, induk kucing itu sudah memindahkan anak-anaknya ke tempat lain seperti kebiasaan kucing pada umumnya. Tapi anehnya, si emak masih bolak-balik ke gudang dan mengeong keras-keras seperti memanggil anak-anaknya itu.

Tadi pagi, aku mencium bau yang kurang sedap dari arah gudang, Aku pun memeriksa ke gudang, dan o-ow… ada seekor anak kucing yang mati! Wah… nampaknya sudah mati sejak dua hari lalu. 😦

Tadinya aku mau membiarkan suamiku saja yang nanti menguburkannya, karena aku cuma berdua saja dengan Fay. Kalau aku sibuk beraktivitas, Fay suka bikin ulah yang aneh-aneh. Lagi pula letak anak kucing mati itu agak susah dijangkau, karena berada di kolong tumpukan barang-barang dan terhalang bekas teralis besi.

Lama-lama, kok baunya semakin menyengat saja, daripada bangkai itu menyebarkan aroma tidak sehat, aku mengambil kesempatan ketika Fay asik dengan laptop ayahnya. Aku buru-buru mengambil bangkai anak kucing itu dengan pacul kecil. Untungnya badanya cukup kecil untuk melewati teralis besi. Buru-buru aku keluar lewat garasi motor dan menguburkan anak kucing itu di bawah pohon pepaya di kebun seberang rumah.

Setelah penguburan yang terburu-buru itu, rupanya si induk kucing masih juga belum sadar kalo anaknya mati satu lagi. Dia masih saja mampir ke gudang dan mengeong keras-keras mencari anaknya yang mati.

Kesianan…  kalo kata orang Sasakpanjang. 😦


6 Comments

Jual Lengkuas

Image

Hari Kamis lalu, sebenarnya bukan jadwalku menjemput Fay dari sekolahnya. Awalnya ayah yang akan menjemput Fay seperti biasanya. Tapi ternyata ada undangan dari konsultan sekolah (psikolog yang menangani Fay) untuk kami agar datang pada jam 10.00 WIB di Sekolah Komunitas Kebon Maen untuk mendiskusikan kelanjutan studi Fay. Kebetulan pula, hari itu ayahnya Fay harus ke Samsat untuk mengurus mutasi surat sepeda motor. Terpaksa lah aku yang harus berangkat.

Tapi berangkat sekolah, Fay tetap diantar ayah. Begitu Fay dan ayahnya berangkat dengan menggunakan motor, aku segera mandi. Maklum perjalanan menggunakan angkot ke sekolah bisa mencapai 2,5 jam bahkan lebih.

Selagi aku berpakaian di kamar, terdengar di luar ada yang mengucap salam. Aku membalas salam seraya keluar rumah. Di depan pintu rumah, seorang lelaki tua yang tak kukenal menungguku. “Ada apa pak?” tanyaku. “Itu, lengkuas dijual gak?” katanya, to the point, sambil menunjuk rumpun lengkuas di trotoar depan rumahku yang kutanam kurang lebih setahun lalu.

Image

“Boleh, mau berapa?” kataku, “Sepuluh ribu,” katanya. “Oh boleh,” aku langsung mengiyakan. Dia pun mengeluarkan dua lembar uang lima ribuan yang sudah lecek. Aku langsung terima saja. “Lumayan, buat nambahin ongkos angkot,” pikirku. 😛

“Nanti, bisa nggak waktu ngambil lengkua, tanaman lainnya gak ikut dibongkar?” tanyaku. Di rumpun lengkuas itu, ada daun suji dan mahkota dewa. Dia pun menyanggupi. 😀

“Punya pacul nggak?” tanyanya. Lha, aku kan mau pergi. Aku bilang saja nggak punya. Lagipula pacul atau cangkul yang besar copot dari jorannya. Perlu dipasang.

Maka, si kakek pun pamitan pulang dulu untuk mengambil cangkul. Ketika dia telah berlalu, aku baru ingat kalau dia nanti membongkar lengkuas, aku lagi pergi. Takutnya dia dimarahi tetangga, karena dikira membongkar rumpun lengkuas tanpa izin. Maka sebelum berangkat, aku ke rumah tetangga sebelah untuk memberitahu kalau aku telah menjual rumpun lengkuasku. Aku berpesan kalau ada kakek-kakek yang memanen rumpun lengkuas itu, biarkan saja. 😀

“Kalo dijual, bagaimana nanti kalo perlu?” tanya tetanggaku itu. “Ah gampang, beli aja dari mbak Sal (tukang sayur langganan) Rp 500 juga dapat banyak. Sisanya bisa ditanam. Lagian jarang juga saya menggalinya kalau perlu, seringnya kalo lagi malas menggali, beli juga. Hehehe.

Ketika aku tiba di rumah sore hari, aku dan Fay mendapati bekas rumpun lengkuas itu sudah rapi. Suji dan mahkota dewa tak rusak sedikit pun.

Foto:

Lengkuas (atas) [chutneychicks.wordpress.com]

Rumpun lengkuas (bawah) [lamanhati.com]