Rumah kecil kami sedang direnovasi total. Terpaksa lah kami pindah ke rumah tetangga yang kosong. Kebetulan pemiliknya sudah pindah ke perumahan lain.
Sebelumnya, aku biasa membuang sampah organik dari dapur ke lubang-lubang biopori yang dibuat suamiku dan anakku, Fay.
Tapi di rumah yang kami kontrak ini di halamannya tak ada tanah. Hampir semuanya ditutupi lantai keramik dan plesteran semen. Lagipula belum tentu pemilik rumahnya rela kalau tanahnya dibolongi. 😀
Hmmm, apa yang harus kulakukan? Aha! aku beli sepuluh pot bunga ukuran sedang, lalu aku isi dengan sampah-sampah yang dihasilkan dapurku. Di bawahnya aku taruh bonggol-bonggol jagung dan kulit telur, baru di atasnya aku lemparkan sampah apa saja, yang penting organik.
Setelah agak cukup banyak sampahnya, baru deh aku tanam bibit yang sebelumnya sudah aku simpan di polybag. Polybagnya juga bukan beli, melainkan memanfaatkan plastik bekas refill minyak goreng, deterjen cair, atau plastik refill apa pun yang bentuknya serupa. Tentu saja bagian bawahnya harus dibolongi dulu agar airnya tidak menggenang membusukkan akar.
Nah, sudah beberapa pokok yang berhasil tumbuh dengan subur. Lihat nih, bagus kan?
17/11/2013 at 20:42
wah…. kreatif
17/11/2013 at 21:09
terima kasih. 😀
18/11/2013 at 19:58
Wuih hebat
19/11/2013 at 09:23
rajiiin
01/03/2015 at 09:19
iseng-iseng aja…
16/01/2015 at 06:47
Salut untuk tetap menanam di tengah keterbatasan lahan
https://lombokceplus.wordpress.com/2014/12/31/yuk-menanam-cabe-sendiri/
01/03/2015 at 09:17
hehehe terima kasih. 🙂